SELAMAT DATANG

BERSAMA KITA MELINDUNGI, MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN



Senin, 25 Oktober 2010

PANORAMA LAPANDOSO



Suara mesin tempel (Katinting) mewarnai perjalanan kami menuju Monumen Lapandoso. Sebuah Monumen yang menandakan awal masuknya agama Islam masuk di Jazirah Sulawesi. Tepatnya di Dusun Muladimeng Desa Pabbaresseng Kecamatan Bua Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. Sebuah ikon budaya dan Sejarah di Tanah Luwu.  

Kondisi Air laut yang Pasang  menjadikan perjalanan kami menuju Lapandoso terasa indah, dipagi hari jam 9.00 awal Oktober 2010. Monumen yang berjarak 600 meter dari tanggul tempat nelayan dan petani rumput laut menambatkan perahunya. Dari sinipun kelihatan suasana indah kelihatan anak-anak memancing ikan di pinggiran Tanggul dan adapula yang mandi-mandi. 

Tepat di Muara Sungai Pabbaresseng, di pinggir pantai sebelah kanan terlihat sebuah Monumen berbentuk Masjid dengan Kubah warna biru, disekitarnya Nampak hijau dengan tumbuhan Bakau (Mangrove) yang tumbuh disekitarnya.   

Perahu perahu kecil atau masyarakat setempat menyebutnya Balak-balak yang kami tumpangi telah sampai di depan Monumen Lapandoso dan beristirahat di pondok yang telah tersedia. Alunan angin pantai yang berhembus dengan suhu 30 derajat Celsius itu membuat kesejukan.  

Monumen Lapandoso dengan luas monumen berukuran 2,5 x 2,5 meter tersebut merupakan bangunan yang dikelola oleh masyarakat secara swadaya walaupun tidak ekslusif tetapi pengunjungnya cukup banyak setiap tahunnya.
Dengan nilai religiusnya Lapandoso menjadi tempat rekreasi masyarakat Kabupaten Luwu yang dapat dijangkau dengan mudah walaupun kondisinya tidak ekslusif tanpa fasilitas seperti penginapan, motorboat, dll  tetapi tempat ini menjadi tujuan pariwisata, salah satu alasannya adalah Mengenang pendaratan Pertama Khatib Datok Sulaiman sang pembawa Agama Islam di Tanah Luwu. 

Di depan Monumen terhampar luas tambak atau empang yang berisi ikan Bandeng. Kami  langsung memesan dan membeli pada pemilik empang. Kamipun disuruh mengambil dengan memukat langsung di tambak.
Setelah menikmati makan siang dengan menu Ikan Bakar Bandeng, kami beristirahat sejenak dibawah pepohonan Mangrove dengan kesejekuan angin laut, Panorama pantai terasa semarak dengan kicau burung yang beterbangan bebas dan kerap hinggap di dahan-dahan dan ranting. Terpukau oleh panorama pantai Lapandoso.  

Kami mencoba menuju laut dengan menggunakan perahu balak-balak untuk menyaksikan keindahan karang laut  di beberapa titik dengan jarak tempuh cuma 10 menit, dengan catatan pengunjung membawa peralatan menyelam, snorkeling, dan Kamera anti Air untuk menyaksikan aneka ragam keindahan bawah laut, seperti ikan Malaja  (jenis lokal), Ikan Kerapu, dan berbagai jenis ikan karang.Kekayaan lautnya dimanfaatkan untuk wisata pemancingan.

Pada waktu-waktu tertentu saat perairan sedang hangat, seperti bulan September-Februari, beberapa jenis ikan yang dalam bahasa setempat menyebutnya dengan Ikan Ampelas, Kakap merah, dan Baba-baba kerap berkumpul dan menjadi obyek wisata yang menarik.
Tak jauh dari karang kami juga mengunjungi nelayan yang sedang menangkap ikan dengan menggunakan jaring yang disebut dengan Banrong. Alat tangkap ini menggunakan menara pengintai yang tingginya sampai 7 meter diatas permukaan air. 

Pengelolaan Wisata Pantai

Keunggulan Pantai dengan Monumen Lapandoso simbol masuknya Islam di Tanah Luwu terasa menggelitik hati tatkala mengingat Pantai Lapandoso dengan panjang garis pantai 5.000 meter dan kekayaan laut yang memadai, sejatinya memiliki kekayaan bahari yang potensial untuk dikembangkan.
Sayangnya, pengelolaan pariwisata disini sama dengan tempat-tempat lainnya kerap terganjal dengan infrastruktur, transportasi, pengawasan, ataupun promosi yang tidak memadai. Belum lagi, pemanfaatan tempat secara eksklusif kerap ditentang karena tak memberikan imbal balik bagi penduduk lokal, bertentangan dengan nilai history atau religi dan lainnya.

Moh Iksan Nur Mallo, S.Hut anggota peneliti ornitologi dari Universitas Tadulako Palu Jurusan Kehutanan yang berkunjung ke Lapandoso sambil mengamati burung mengakui, keindahan tempat ini tak kalah hebat dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Hanya saja, potensi bahari itu belum dikelola secara serius. ”Tempat ini perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pariwisata dan riset mangrove dan biotanya untuk menunjang pariwisata bahari dengan basisi religi dan kultur,” ujarnya. 

Monumen Lapandoso
Pikiran saya pun melayang ke Taka Bonerate di Selayar dengan terumbu karangnya, Tanjung Karang di Donggala Sulawesi Tengah, Jalan Lingkar Kota Palopo, dan obyek wisata menakjubkan lainnya di Indonesia. Andai saja potensi bahari itu digarap serius, barangkali akan mendunia, menyerap lapangan kerja, dan mendatangkan pendapatan bagi negara.

DINAS KOPERASI PROVINSI SULSEL, BANGKITKAN UMKM


UMKM yang ada di Sulawesi Selatan menurut sensus ekonomi yang dilakukan BPS terakhir pada tahun 2006 tercatat ada 750.322, dengan mayoritas diantaranya bergerak pada sektor perdagangan dan pertanian serta bergerak di bidang distribusi dan penyedia bahan baku, sementara sebagian kecil bergerak pada bidang jasa dan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, hal tersebut disampaikan oleh Awaluddin saat memberikan materi pembekalan pendamping Koperasi dalam acara presentase program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif produk koperasi dan UMKM Sulawesi Selatan di ruang LPUMKM  Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan pada hari Selasa 28/9/2010. 
Budidaya Rumput Laut  UMKM sebagai Mesin Uang Efektif di Desa Pabbaresseng

Menurutnya masih cukup banyak UMKM dan Koperasi di Sulawesi Selatan yang memiliki keunggulan kompetitif produk namun tidak teridentifikasi dan tidak terfasilitasi untuk dapat memperoleh akses yang lebih baik. “Bahkan saat diadakan pameran banyak peserta dari kabupaten/kota yang selalu menampilkan peserta danproduknya dari tahun ke tahun tetap itu saja, sepertinya tidak ada produk lain atau UKM lain yang unggul dankompetitif”.
Dalam pertemuan yang dibagi atas empat klaster tersebut beliau memaparkan rencana program kedepan di hadapan 52 pendamping lokal se Sulawesi Selatan, dengan sasaran 3 (tiga) UMKM, 3 (tiga) Koperasi yang bergerak di bidang jasa, 3 (tiga) Koperasi yang bergerak di bidang produksi, Dengan demikian maka program ini akan melingkupi 24 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan sasaran, 72 (tujuh puluh dua) UMKM, 72 (tujuh puluh dua) Koperasi Jasa, 72 (tujuh puluh dua) Koperasi Produksi, Atau total sebanyak 216 kelompok/institusi sasaran program. “Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Produk UMKM dan Koperasi di Sulawesi Selatan ini diinisiasi sebagai langkah inventarisasi serta asistensi dan penguatan pada hal-hal yang berpotensi menghambat pengembangan produk unggulan. Titik perhatian dalam program ini adalah, manajemen dan strategi terhadap pengembangan produk, akses dan kemitraan untuk mensupport percepatan pengembangan potensi usaha”. Jelasnya.

Pendamping dari Kabupaten Luwu Irwan Hamka mengungkapkan bahwa kendala yang dialami oleh para pelaku Koperasi dan UKM di Kecamatan Bua umumnya sulit dalam mengurus perizinan dan pengemasan produk, “ kami selaku pendamping akan berusaha untuk mendampingi masyarakat karena pihak Dinas Koperasi dan UKM Sul-sel sudah memberikan jalan dan cara agar kendala yang dialami masyarakat dapat kita bantu seperti pengurusan perizinan, pengemasan produk dan lainnya  ”.

Mengenai Saya

Foto saya
Luwu, Sulawesi selatan, Indonesia
Lembaga Payung ini berawal dari diskusi kecil diantara beberapa orang yang memiliki disiplin ilmu dan background organisasi yang berbeda berlangsung sejak bulan Januari 2000. Dalam setiap diskusi yang dilakukan muncul ide – ide untuk mengakses kompleksitasnya permasalahan yang ada di masyarakat. Lembaga ini merupakan Lembaga Non-Pemerintah (ORNOP) yang diharapkan berfungsi strategis untuk menguak berbagai wacana yang berdaya advokatif, riset yang konstruktif, juga sebagai wadah dalam pemberdayaan potensi, aspirasi, serta wadah akomodatif terhadap permasalahan masyarakat untuk kemudian diidentifikasi ke arah yang positif. Lembaga ini bersifat independen dan melakukan kinerja secara swadaya maupun kemitraan dengan lembaga – lembaga strategis, antara lain : Lembaga Kemasyarakatan (adat), Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan Swasta dan organisasi Non-Pemerintah (ORNOP) baik dalam maupun luar negeri yang memiliki hubungan dan kesamaan jaringan kerja, orientasi visi-misi.