SELAMAT DATANG

BERSAMA KITA MELINDUNGI, MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN



Minggu, 30 Mei 2010

BUDIDAYA RUMPUT LAUT

A. Aspek Umum

1. Pengadaan dan Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a.Bibit yang berupa stek dipilih dari tanaman yang segar, dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara   alami ataupun dan tanaman bekas budidaya. Selain itu, bibit harus baru dan masih muda.

b.Bibit unggul mempunyai ciri bercabang banyak.

c.Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi usaha budidaya dalam jumlah yang sesuai dengan luas area budidaya.

d.Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, dimana bibit harus tetap dalam keadaan basah ataupun terendam air.

e.Sebelum ditanam, bibit dikumpulkan pada tempat tertentu, seperti di keranjang atau jaring yang bermata kecil.

f.Sewaktu disimpan harus diperhatikan dengan saksama, hindari dari terkena bahan bakar minyak, kehujanan, dan kekeringan.


2. Pemeliharaan dan Pemanenan
Selama dalam pemeliharaan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan tanaman dan tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya.
b. Penggantian tanaman yang rusak atau hilang dengan yang baru.
c. Perbaikan bangunan budidaya, seperti halnya tali mono-filament atau jaring yang putus, tiang-tiang pancang yang tercabut dan bambu atau kayu yang patah.
d.Panen umumnya dilakukan bila tanaman telah mencapai berat 400-600 gram atau 1-1,5 bulan sekali setelah panen pertama atau setelah panen berikutnya.
e.Panen dapat dilakukan secara total, yaitu dengan mengangkat seluruh tanaman atau secara berkala dengan pemetikan sebagian dari tanaman yang sudah besar serta menyisihkan sebagian untuk tumbuh dan berkembang lagi.

3. Hama dan Penyakit
Penyebab kegagalan budidaya rumput laut adalah masalah hama dan penyakit sehingga menimbulkan kerusakan dan kematian tanaman. Selain itu, masalah keamanan juga harus diperhatikan. Penyakit yang sering timbul pada rumput laut, khususnya dari jenis Eucheuma sp yang dikenal dengan nama 'ice-ice' yang menyebabkan tanaman tampak memutih. Ini disebabkan terjadi perubahan lingkungan yang ekstrem (arus, suhu, dan kecerahan) sehingga memudahkan bakteri hidup. Oleh karena itu, diperlukan monitor lingkungan yang cermat. Organisme pengganggu lainnya, seperti bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.), ikan-ikan herbivor antara lain beronang (Siganus sp.), ikan kerapu (Epineppellus sp.), bintang laut (Protoreaster nodusus), dan penyu hijau (Chelonia mydas). Cara menghindari organisme tersebut, yaitu dengan pemagaran di sekeliling tanaman dengan jaring.

4. Penanganan Lepas Panen

a.Jemur hasil panen di bawah sinar matahari selama 2-3 hari, dengan beralaskan daun kelapa atau anyaman bambu untuk menghindari kotoran-kotoran.

b. Rumput laut dikatakan sudah kering apabila telah kelihatan mersik/kaku, dan butiran-butiran garam sudah menempel dipermukaan numput laut tersebut.

c. Setelah kering dicuci air laut dengan menggunakan keranjang bambu, dengan cara mencelupkan ke dalam laut sambil digoyang-goyangkan.

d. Lakukan penjemuran ulang sehingga betul-betul kering kemudian masukkan ke dalam kantong atau karung dan padatkan, setetah itu ikat bagian atasnya.

e. Usahakan selama penjemuran rumput laut tidak boleh terkena air hujan karena mengakibatkan kerusakan.


B. Aspek Teknis

Dalam aspek teknis budidaya rumput laut dikenal tiga macam metode berdasarkan posisi tanam terhadap dasar perairan, yaitu metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.

1. Metode Dasar

a. Metode ini sesuai untuk tempat-tempat yang dasarnya berbatu
b. Bibit yang berupa stek diikatkan pada batu karang yang disusun berbaris pada dasar perairan.
c. Berat bibit pada awal tanam berkisar 20-30 gram.
d. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit.
e. Adapun kerugian dari metode ini adalah hasil yang diperoleh kurang baik, dan tanaman mudah terserang bulu babi.

2. Metode Lepas Dasar

Bahan-Bahan :
Bahan-bahan yang diperlukan untuk konstruksi wadah budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar (ukuran 100 m x 5 m) adalah :
(a) patok kayu/bambu; panjang 1 m; diameter 5 cm, jumlah 275 buah;
(b) tali rentang; bahan PE diameter 3,5-4 mm, jumlah 10 kg;
(c) tali ris; bahan PE diameter 8 mm, jumlah 15 kg;
(d) tali rafia, jumlah 20 gulungan besar.

Cara Pembuatan Wadah di Darat

Pembuatan patok kayu ukuran panjang 1 m; diameter 5 cm dengan cara meruncingkan salah satu ujungnya untuk memudahkan pemancangan yang dikerjakan di darat.

Cara Pemasangan di Laut

a.Setelah patok-patok dibuat di darat, kemudian ditancapkan atau dipancangkan pada dasar perairan yang berpasir atau lumpur berpasir dengan jarak antar patok sekitar 2,5 m.

b.Tali ris dari bahan PE berdiameter 8 mm sebanyak kurang lebih 15 kg, dihubungkan berjajar dengan patok tersebut dan agar pengikatnya lebih kuat, sebaiknya digunakan simpul delapan, seperti Gambar 2.1.

c.Pemasangan tali rentang dari bahan PE yang berdiameter 3,5 mm-4 pada tali ris sepanjang 100 m sebanyak + 12 buah dengan jarak antara tali rentang + 20 cm. (Lihat Gambar 2.2).

d.Tali rentang yang telah dipasang siap untuk diikatkan bibit rumput laut dengan menggunakan tali rafia yang telah dipotong-potong.


3. Metode Apung

Bahan-Bahan

Metode rakit apung menggunakan rakit dari bambu yang cocok untuk dasar berkarang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Budidaya yang efektif dan efisien menggunakan 1 unit usaha terdiri dari 20 rakit yang masing-masing berukuran 5m x 2,5 m. Bahan-bahan yang diperlukan untuk rakit ukuran 5 m x 2,5 m sebagai berikut :
(a) bambu sebanyak 80 batang;
(b) tali rakit PE diameter 8 mm sebanyak 10 kg;
(c) tali rentang PE berdiameter 3,5-4 mm sebanyak 10 kg;
(d) pelampung (jerigen plastik): 4 buah;
(e) jangkar dan semen/besi;
(f) tali rafia;
(g) tali penahan (rope line).

Cara Pembuatan Wadah di Darat
a.Pembuatan kerangka rakit yang berukuran 5 m x 2,5 m dari bahan bambu/kayu sekuat mungkin dilakukan di darat dan untuk mengikat rakit digunakan dari bahan polyethelen berdiameter 8 mm (Gambar 2.3).

b.Kemudian dibuatkan tali rentang dari bahan PE diameter 3,5 mm-4 mm dengan cara diikatkan pada rakit dengan simpul mati di mana antara tali rentang berjarak 20 cm. (Lihat Gambar 2.4).

c.Setelah pemasangan tali rentang, kemudian dipasang pelampung yang sederhana dan murah yang biasanya terbuat dari plastik (jerigen) sebanyak

4 buah yang diikatkan pada masing-masing sudut rakit (Gambar 2.5).

Cara Pemasangan di Laut

Kerangka rakit yang telah berada di lokasi budidaya (laut) kemudian diberi pemberat berupa batu yang berfungsi sebagai penahan di dasar. Pemberat dan rakit dihubungkan dengan tali panahan (rope line) dari tambang plastik dengan diameter 9 mm (Gambar 2.6)


Bibit rumput laut diikatkan pada rakit yang telah terpasang dengan menggunakan tali rafia yang telah dipotong-potong secukupnya.





1 komentar:

aras syazili mengatakan...

skrang sudah banyak metode budidaya rumput laut yang berkembang, salah satu yang umum dipakai di bua adalah metode longline. saya rasa untuk metode budidaya masyarakat bua sudah banya belajar dari penhalaman, yang perlu diperhatikan dari sisi produksi adalah bahwa masa produksi rumput laut untuk E. cottoni hanya terjadi pada bulan2 tertentu mlai dari bulan 6 sampai bulan 9, oleh karena itu perlu riset atau pendampingan untuk membedah masalah ini sehingga ke depan masayarakat bua bisa panen rumput laut setiap saat....semoga berhasil..salam,,aca'

Mengenai Saya

Foto saya
Luwu, Sulawesi selatan, Indonesia
Lembaga Payung ini berawal dari diskusi kecil diantara beberapa orang yang memiliki disiplin ilmu dan background organisasi yang berbeda berlangsung sejak bulan Januari 2000. Dalam setiap diskusi yang dilakukan muncul ide – ide untuk mengakses kompleksitasnya permasalahan yang ada di masyarakat. Lembaga ini merupakan Lembaga Non-Pemerintah (ORNOP) yang diharapkan berfungsi strategis untuk menguak berbagai wacana yang berdaya advokatif, riset yang konstruktif, juga sebagai wadah dalam pemberdayaan potensi, aspirasi, serta wadah akomodatif terhadap permasalahan masyarakat untuk kemudian diidentifikasi ke arah yang positif. Lembaga ini bersifat independen dan melakukan kinerja secara swadaya maupun kemitraan dengan lembaga – lembaga strategis, antara lain : Lembaga Kemasyarakatan (adat), Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan Swasta dan organisasi Non-Pemerintah (ORNOP) baik dalam maupun luar negeri yang memiliki hubungan dan kesamaan jaringan kerja, orientasi visi-misi.