Rumput laut merupakan jenis makro alga laut yang beberapa diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang sangat penting, sebagai penghasil bahan untuk industri, dimana banyak digunakan sebagai bahan makanan, farmasi, kosmetik dan lain-lain (Mubarak, dkk., 1990). Karena kegunaanya maka rumput laut juga dikatakan sebagai salah satu penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang meningkat setiap tahun.
Budidaya rumput laut di desa Pabbaresseng merupakan mesin uang paling efektif saat ini dalam meningkatkan ekonomi masyarakat non petani/nelayan, meningkatkan pendapatan petani/nelayan dan memperluas kesempatan kerja, serta pendapatan daerah.
Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting antara lain dari marga Acanthopora, Glacilaria, Gelidiella, Gelidium sebagai penghasil agar-agar, Chondrus, Eucheuma, Gigartina sebagai penghasil karaginan, Furcellaria dan Ascophyllum, Ecklonia sebagai penghasil alginat (Indriani dan Sumiarsih, 1994).
Budidaya rumput laut memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan nelayan serta menjaga kelestarian sumber daya hayati perikanan (Aslan, 1990). Dalam rangka memenuhi kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat baik dalam maupun luar negeri sekaligus memperbesar devisa negara dari sektor non migas, maka cara terbaik untuk menyediakan rumput laut secara berkesinambungan dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan tidak mengharapkan persediaan dari alam adalah dengan cara dilakukannya budidaya rumput laut.
Pada perairan yang dangkal dan jernih, rumput laut tumbuh dapat tumbuh hingga kedalaman 20 – 30 m, dimana suhu air berkisar 28 – 34 0C dan salinitas 28 – 34 permil (Afrianto dan Liviawati, 1989). Selain itu rumput laut juga dipengaruhi oleh ketersedian nutrien dan arus yang tidak terlalu keras.
Usaha Budidaya Rumput Laut
Secara umum pengembangan budidaya rumput laut, dilakukan dengan cara Sistem tali rawai/rentang, tali nylon diikat diujung-ujungnya pada patol atau jangkar di dasar, tiap 2-5 m diberi pelampung, tanaman ditanam pada tali nylon dengan jarak tanam 50 cm.Satu talirawai berukuran panjang 100 m.
Pengelolaan pasca panen yang umumnya dilakukan adalah metode pengolahan kering, yaitu sebuah metode pengolahan untuk mendapatkan rumput laut kering dengan cara penjemuran. Hasil panen disortir untuk memilih bakal bibit. Setelah pemilihan bibit hasil panen dijemur pada sebuah pelanggaran, yaitu sebuah tempat yang terbuat dari bambu yang khusus dibuat untuk menjemur. Penjemuran rata-rata dilakukan selama kurang lebih 5 hari yang tergantung pada keadaaan cuaca, dengan kisaran 3 – 7 hari. Setiap harinya dilakukan pembalikan sebanyak 3 kali yang rata-rata memakan waktu sekitar 30 menit untuk setiap kali kegiatan pembalikan. Setelah kering rumput laut tersebut dimasukkan dalam wadah (karung plastik).
Berdasarkan beberapa analisis dan pengalaman secara finansial usaha budidaya rumput laut sangat layak dan memberikan nilai keuntungan yang relatif tinggi. Sedangkan modal yang dibutuhkan baik investasi maupun modal kerja relatif rendah jika dilakukan secara berkelompok.
Komponen biaya usaha rumput laut berupa biaya investasi yaitu untuk pembelian dan atau pengadaan barang modal seperti keranjang, sampan, pisau, golok, gerobak, jemuran, sarana budidaya, jangkar, dan tali jangkar. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama produksi, dan komponen biaya ini dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya biaya akumulasi penyusutan sarana dan prasarana produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani rumput laut dalam rangka produksi, diantaranya adalah biaya upah kerja, biaya pembelian bibit dan karung plastik.
SELAMAT DATANG
BERSAMA KITA MELINDUNGI, MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
- PAYUNG INSTITUTE
- Luwu, Sulawesi selatan, Indonesia
- Lembaga Payung ini berawal dari diskusi kecil diantara beberapa orang yang memiliki disiplin ilmu dan background organisasi yang berbeda berlangsung sejak bulan Januari 2000. Dalam setiap diskusi yang dilakukan muncul ide – ide untuk mengakses kompleksitasnya permasalahan yang ada di masyarakat. Lembaga ini merupakan Lembaga Non-Pemerintah (ORNOP) yang diharapkan berfungsi strategis untuk menguak berbagai wacana yang berdaya advokatif, riset yang konstruktif, juga sebagai wadah dalam pemberdayaan potensi, aspirasi, serta wadah akomodatif terhadap permasalahan masyarakat untuk kemudian diidentifikasi ke arah yang positif. Lembaga ini bersifat independen dan melakukan kinerja secara swadaya maupun kemitraan dengan lembaga – lembaga strategis, antara lain : Lembaga Kemasyarakatan (adat), Pemerintah dan Lembaga-Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan Swasta dan organisasi Non-Pemerintah (ORNOP) baik dalam maupun luar negeri yang memiliki hubungan dan kesamaan jaringan kerja, orientasi visi-misi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar